Selamat datang ke MRII Bern.

Kami senang atas kunjungan anda ke website kami. Kami berharap Saudara mendapatkan informasi yang diperlukan dan semoga artikel-artikel yang dimuat dapat menjadi berkat juga. Terlebih lagi, kami berharap bisa bersekutu bersama dengan Saudara di Kebaktian Minggu.


Ringkasan PA 30 Mei 2009

Allah Tritunggal
8. Lord's Day (Katekismus Heidelberg)
Q. 24. How are these articles divided?
A. Into three parts; the first is of God the Father, and our creation; the second of God the Son, and our redemption; the third of God the Holy Ghost, and our sanctification.
Q. 25. Since there is but one only divine essence, (a) why speakest thou of Father, Son, and Holy Ghost?
A. Because God has so revealed himself in his word, (b) that these three distinct persons are the one only true and eternal God.


(a) Deut.6:4; Eph.4:6; Isa.44:6; Isa.45:5; 1 Cor.8:4,6. (b) Isa.61:1;
Luke 4:18; Gen.1:2,3; Ps.33:6; Isa.48:16; Ps.110:1; Matt.3:16,17;
Matt.28:19; 1 John 5:7; Isa.6:1,3; John 14:26; John 15:26; 2
Cor.13:13; Gal.4:6; Eph.2:18; Tit.3:5,6.

Definisi Tritunggal:
Tri (tiga) pribadi yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus, tunggal (satu) esensi.
Jalur pembahasan:
1. kesulitan-kesulitan dalam mengerti tiga sama dengan satu
2. darimana kita mengetahui tritunggal?
3. sejauh mana kita mengerti tritunggal?

1. kesulitan-kesulitan dalam mengerti tiga sama dengan satu
Kita coba melihat apakah pernyataan tiga pribadi dan satu esensi Allah itu bertentangan dengan logika yang telah diberikan Tuhan kepada manusia. Di dalam logika, kita mengenal 2 hukum dasar yaitu:
1. hukum identitas yaitu A sama dengan A
2. hukum nonkontradiksi yaitu A tidak sama dengan non A
Pernyataan Allah Tritunggal tidak melanggar hukum logika karena pernyataannya bukanlah „Allah terdiri dari tiga pribadi dan satu pribadi“, ini jelas melanggar hukum logika. Kita menyatakan Allah terdiri dari tiga pribadi dan satu esensi, dan ini tidak bertentangan dengan hukum logika.

2. darimana kita mengetahui tritunggal?
Dari pernyataan dalam Alkitab.
Di Ul 6:4 dinyatakan dengan jelas bahwa Tuhan itu esa. Konteks di mana pernyataan ini ditulis yaitu pada jaman itu, banyak bangsa-bangsa ynag percaya dewa-dewa yang menguasai wilayah-wilayah tertentu dalam kehidupan manusia, misalnya ada dewa matahari, dewa panen, dewa gunung, dlsb. Tetapi pernyataan bahwa Tuhan itu esa adalah suatu dobrakan monotheisme yang sama sekali melawan konsep dari agama-agama yang didirikan manusia.

Kita menyatakan bahwa Allah itu satu dalam esensi. Apakah arti dari kata esensi? Kita mengenal minuman essence of chicken, apakah arti esensi sebenarnya? Esensi Allah adalah atribut-atribut atau hal-hal yang harus dimiliki oleh Allah untuk menjadi Allah contohnya: maha esa, maha kasih, maha kuasa, maha kudus, maha hadir. Kita menyatakan bahwa esensi Allah adalah satu.
Sekarang mengenai tiga pribadi Allah. Alkitab mencatat dengan sangat jelas dalam perikop Mat 3:16-17 yaitu peristiwa Tuhan Yesus dibaptis. Pada saat itu, ketiga pribadi Allah muncul pada saat yang bersamaan: Allah Bapa berfirman dari sorga, Allah Anak menerima baptisan di bumi dan Allah Roh Kudus turun seperti burung merpati. Dalam perikop Yes 61:1 yang kemudian digenapi dan dikutip oleh Tuhan Yesus dalam Luk 4:18-19, Tuhan Yesus mengatakan bahwa Roh Tuhan ada padaNya, karena Ia (Allah Bapa) telah mengurapi dan mengutusNya. Di sini kita juga melihat jelas interaksi dari ketiga pribadi dalam Allah Tritunggal. Kita boleh tanya, kenapa tidak hanya 2 atau bahkan 100 pribadi Allah? Karena Allah hanya menyatakan diri kepada kita sebagai 3 pribadi.

Banyak lagi ayat-ayat Alkitab yang menyatakan mengenai Allah Tritunggal (lihat kutipan ayat2 di atas)

3. sejauh mana kita mengerti
Dalam sejarah keKristenan, sering muncul kecenderungan-kecenderungan yang menyimpang dari definisi Tritunggal yang sebenarnya. Beberapa kecenderungan tersebut adalah:

a. Allah adalah 3 pribadi dan 3 esensi, ini menuju kepada agama polytheisme dan tidak lagi monotheisme yang diajarkan Alkitab.

b. Allah adalah 1 pribadi dan 1 esensi. Kesalahan ini muncul dalam bidat saksi Yehovah maupun bidat Arianisme pada jaman permulaan gereja. Dalam kecenderungan demikian, Allah Bapa menjadi Allah yang ‘sesungguhnya’ sedangkan Allah anak dan roh kudus menjadi allah turunan. Kesalahan lain dalam kecenderungan demikian adalah kesalahan modalisme, di mana Allah akhirnya dikatakan hanya memainkan peran yang berbeda pada saat yang berbeda, dan tidak dapat hadir di beberapa tempat dalam waktu yang bersamaaan (seperti dalam analogi seorang yang menjadi suami di rumah, pekerja di kantor, sopir di jalan).

Sering kita memakai berbagai macam analogi untuk menolong kita mengerti sifat Tritunggal Allah. Kita boleh-boleh saja memakai analogi tetapi tiap analogi memiliki keterbatasan-keterbatasan masing-masing dan tidak ada analogi yang dapat menolong dalam mendefinisikan dengan sempurna.

Kita melihat bahwa dalam esensi Allah yang satu, ada 3 pribadi yang jelas distinct atau berbeda, dan tiap pribadi menjalankan fungsi masing-masing dan bahkan ada juga semacam ordo (dimengerti sebagai keteraturan, bukan sebagai pangkat atau tingkat kepentingan). Allah Anak diutus oleh Allah Bapa dan taat kepada kehendak Allah Bapa. Roh Kudus diutus oleh Allah Bapa dan Allah Anak untuk memuliakan Allah Anak.

Tiga pribadi Allah terlihat jelas dalam segala doktrin dan aspek Kekristenan. Dalam karya penciptaan dunia, kita mengerti bahwa dunia diciptakan oleh Allah Bapa melalui Firman (Allah Anak) dan dikatakan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air (Kej 1:2). Ayat ini lebih tepat diartikan dalam suatu gambaran bahwa Roh Allah menaungi ciptaan seperti seekor ayam betina menaungi anak-anaknya yang baru menetas. Dalam karya penebusan, Allah Bapa merencanakan penebusan, Allah Anak menebus kita dari murka Bapa (bukan menebus kita dari setan atau dosa) dan jasa penebusan itu diterapkan dalam hati kita melalui Roh Kudus. Dalam doa kita, kita minta kepada Allah Bapa, melalui perantaraan Allah Anak yang menjadi wakil atau iman kita di hadapan Allah Bapa dan kita dimampukan oleh Roh Kudus untuk berkata-kata dalam doa kita.

Dengan melihat Allah Tritunggal yang saling mengasihi di dalam kekekalan, kita juga bisa belajar mengerti akan manusia yang diciptakan sebagai peta teladan Allah sebagai makhluk sosial yang tidak seharusnya hidup sendirian tetapi hidup dalam suatu komunitas dan relasi yang saling mengasihi.

(Ev. Steve Hendra)
ringkasan PA belum dikoreksi oleh pembicara